Saat ini kondisi ekosistem bumi telah sedemikian buruk. Kerusakan lingkungan yang terjadi ini merupakan akibat dari perbuatan manusia yang kurang peduli dengan kondisi sekitar. Dampak dari kerusakan lingkungan ini dapat secara langsung dirasakan. Perubahan iklim yang terjadi akibat dari pemanasan global ini telah mengakibatkan perubahan yang signifikan dalam kehidupan manusia serta mengakibatkan berbagai bencana alam. Banjir besar di Asia Selatan, Topan Nargis di Myanmar, Kekeringan di Afrika, kebakaran hutan di California Amerika Serikat, dan masih banyak bencana alam besar lainnya yang disebabkan oleh pemanasan global. Bencana tersebut telah mengakibatkan banyak orang menderita dan kehilangan harta benda mereka.
Berdasarkan kepada kenyataan tersebut, maka perlu dilaksanakan tindakan nyata untuk melakukan konservasi lingkungan. Sudah waktunya bagi setiap manusia berdamai dengan lingkungan untuk menciptakan suatu hubungan yang baik antara keduanya, karena lingkungan telah menyediakan apapun yang dibutuhkan oleh manusia. Setiap orang harus terlibat dalam usaha penyelematan lingkungan ini. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui United Nations Framework Climate Change Conference (UNFCCC) telah membuat semacam jaringan kerja untuk menyempurnakan Protokol Kyoto dalam rangka usaha menciptakan lingkungan yang sehat bagi semua makhluk hidup. Jadi, kini tinggal bagaimana kita mengimplementasikannya. Pada dasarnya, setiap aktor memiliki tanggung jawab yang sama dalam permasalahan lingkungan, namun dalam porsi yang berbeda sesuai dengan kemampuan, potensi, dan ruang lingkupnya masing-masing.
Agar tidak salah dalam mengambil tindakan maka perlu diperjelas mengenai deskripsi dari pemanasan global dan perubahan iklim. Ini untuk memudahkan diagnosa untuk melakukan penyembuhan. Mustahil melakukan penyelamatan tanpa didahului dengan diagnosa yang akurat. Pemanasan Global merupakan peningkatan termperatur udara di bumi. Pemanasan global ini diakibatkan oleh Efek Rumah Kaca ( Greenhouse Effect ).
Bumi tempat kita tinggal ini, senantiasa mendapatkan energi dari matahari, yang tak lain merupakan sumber energi utama yang sangat berperan dalam hidup kita semua. Energi yang dipancarkan oleh matahari ini, menembus atmosfer yang menyelimuti bumi dan akhirnya mengenai permukaan bumi dalam bentuk radiasi gelombang pendek. Termasuk di dalam radiasi gelombang pendek tersebut adalah cahaya tampak. Ketika energi berupa cahaya tampak ini mengenai permukaan bumi, ia mengalami perubahan energi, dari energi cahaya menjadi energi panas (kalor) yang menghangatkan bumi. Kemudian permukaan bumi akan menyerap sebagian panas tersebut, dan memantulkan sisanya, yang tidak diserap oleh bumi ke udara. Pantulan ini pun kemudian mengenai atmosfer bumi.
Tetapi, panas ini tidak dapat menembus atmosfer bumi, karena terhalau oleh selimut gas-gas yang secara alami berada di atmosfer bumi. Gas-gas inilah yang disebut dengan sebutan Gas Rumah Kaca. Gas-gas tersebut menyerap dan kemudian memantulkan kembali panas tersebut ke permukaan bumi. Panas ini pun akhirnya terperangkap di dalam bumi. Hal ini terjadi terus-menerus yang mengakibatkan secara berkala dari tahun ke tahun suhu rata-rata permukaan bumi meningkat.
Efek Rumah Kaca ini sebenarnya merupakan suatu proses alami karena dapat memungkinkan kelangsungan hidup semua makhluk hidup yang tinggal di bumi. Tanpa adanya Gas Rumah Kaca, suhu permukaan bumi akan menjadi 33 derajat Celcius lebih dingin dari suhu harian kita saat ini. Bumi akan tertutup oleh es, dan tidak dapat ditinggali oleh sebagian besar makhluk hidup. Jadi, sebenarnya dengan adanya Gas Rumah kaca ini menguntungkan semua makhluk hidup yang tinggal di bumi. Namun, masalah kemudian mulai muncul ketika aktivitas manusia menyebabkan peningkatan konsentrasi Gas Rumah Kaca di atmosfer hingga melebihi konsentrasi yang seharusnya atau melampaui batas toleransi. Sehingga panas matahari yang tidak dapat dipantulkan kembali ke angkasa akan meningkat pula.
Peningkatan dari Efek Rumah Kaca akibat konsentrasi Gas Rumah Kaca yang meningkat secara berlebihan sehingga menyebabkan terjadinya akumulasi panas (atau energi) di atmosfer bumi yang juga berlebihan. Dengan adanya akumulasi panas di atmosfer bumi yang berlebihan, maka atmosfer dan iklim bumi melakukan penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan adalah dengan melakukan peningkatan temperature bumi, yang selalu diikuti dengan perubahan iklim bumi. Penyesuaian inilah yang disebut dengan pemanasan global. Sedangkan yang dimaksudkan dengan perubahan iklim adalah adanya perubahan pola curah hujan, penguapan dan pembentukan awan. Perubahan iklim ini berdampak ke seluruh dunia. Hal ini telah mengakibatkan beberapa belahan di bumi ini terjadi penurunan curah hujan yang berakibat terhadap kekeringan yang berkepanjangan, kenaikan suhu, orang-orang kekurangan air untuk hidup, lahan-lahan pertanian kekurangan air, timbulnya wabah penyakit, serta wabah lainnya. Sedangkan di belahan dunia lain justru mengalami hal yang sebaliknya, mengalami peningkatan curah hujan, yang dapat berakibat fatal, mengakibatkan bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, serta erosi.
Cukup jelas bahwa aktifitas yang dilakukan oleh manusia lah yang kemudian menyebakan perubahan iklim ini terjadi. Dengan demikian, perlu adanya tindakan nyata dan serius untuk menyelematkan lingkungan. Pengurangan emisi dan konservasi hutan adalah langkah konkret dan paling mungkin dilakukan. Tetapi, ada ganjalan karena dapat menimbulkan efek negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Apabila pengurangan emisi dilakukan dikhawatirkan akan menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi karena industri tak bekerja secara maksimal. Inilah penyebab utama Amerika Serikat (AS) hingga kini enggan meratifikasi Protokol Kyoto dan UNFCCC terkesan bergerak sangat lambat. Padahal pengurangan emisi industri mutlak dilakukan karena menjadi penyumbang terbesar pemanasan global disamping emisi dari transportasi.
Sebagai contoh adalah mengenai industri di Indonesia. Industri energi menjadi penyumbang utama, tertutama industri Pembangkit Listrik Tenaga Batubara. karena pembangkit listrik ini membuang energi hampir 2 kali lipat dari energi yang dihasilkan. Semisal, energi yang digunakan 100 unit, maka energi yang dihasilkan 35 unit saja dan energi yang terbuang adalah 65 unit. Setiap 1000 megawatt yang dihasilkan dari pembangkit listrik bertenaga batubara akan mengemisikan 5,6 juta ton karbondioksida per tahun. Selanjutnya adalah sektor transportasi. Tahun-tahun belakangan ini, pengguna kendaraan bermotor semakin banyak. Setiap tahun jumlah kendaraan bermotor selalu meningkat dengan jumlah yang cukup signifikan. Dalam suatu penelitian mengemukakan bahwa kendaraan yang mengonsumsi bahan bakar sebanyak 7,8 liter per 100 km dan menempuh jarak 16 ribu km setiap tahunnya akan mengemisikan 3 ton karbondioksida ke udara per tahun.
Permasalahan yang dihadapi Indonesia tak hanya soal industri semata. Namun juga mengenai persoalan hutan. Hutan tropis milik Indonesia ini semakin tahun semakin menyusut akibat dari dampak dari deforestation dan degradation. Maksud dari deforestation adalah lahan hutan dipergunakan untuk pemukiman penduduk dan perkebunan maupun pertanian. Sedangkan, degradation yakni penyusutan luas hutan yang diakibatkan oleh kebakaran hutan, pembalakan liar, dan tindakan pengrusakan hutan lainnya. Hutan tropis Indonesia yang seluas 120 juta hektare kini seluas 59 juta hektare diantaranya berada dalam kondisi kritis akibat dari kedua hal tersebut. Padahal hutan dapat dimanfaatkan untuk mengurai polusi yang mencemari udara. Kebakaran hutan pun turut pula berperan meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca. Saat ini, Indonesia berada di peringkat ketiga dunia, setelah Brasil dan Cina, sebagai penyumbang emisi gas rumah kaca dari kebakaran hutan dan pembakaran lahan gambut untuk kepentingan pengadaan perumakan penduduk dan keperluan industri.
Ada dua hal penting yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan lingkungan yang telah rusak ini. Pertama, penciptaan teknologi yang ramah lingkungan. Kedua, konservasi hutan dengan reboisasi dan bersama menjaga kelestariannya. Peranan ilmu pengetahuan sangat diperlukan untuk menciptakan teknologi yang ramah lingkungan. Proyek ini memang akan membutuhkan dana yang lebih, namun manfaatnya akan sangat besar dikemudian hari. Salah satu contoh spektakuler adalah yang dilakukan oleh PT. RMI yang merupakan salah satu anak perusahaan PT. Krakatau Steel Cilegon. PT. RMI kini telah menjadi pionir untuk industri pengolahan emisi. Emisi yang sejatinya menyebabkan kerusakan lingkungan, diolah dengan cerdas untuk menjadi barang yang bermanfaat untuk industri lainnya. Emisi hasil olahannya dapat dimanfaatkan oleh industri makanan dan minuman untuk pengawetan serta bermanfaat bagi industri lainnya. Selain industri yang dikembangkan oleh PT. RMI ini, langkah nyata yang dilakukan oleh pemerintah Jepang melalui kota Yokohama patut mendapat perhatian sekaligus pujian. Yokohama sebagai salah satu kota industri terbesar di Jepang, bahkan dunia mengeluarkan kebijakan Project Zero. Proyek ini bertujuan untuk menekan emisi industri dan transportasi seminimal mungkin hingga ke tingkat 0% atau yang disebut dengan Zero Carbon Zone. Proyek ini sendiri juga didukung oleh perusahaan otomotif terkemuka, Nissan Motor Co. Ltd. Apa yang telah dilakukan oleh PT. RMI dan Yokohama ini telah memberikan jawaban yang bagus untuk pandangan negatif mengenai konservasi lingkungan yang berlawanan dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan ini berarti menunjukkan bahwa industri dan konservasi lingkungan dapat berjalan beriringan dan saling mendukung. Selain itu akan mendorong kota industri dan perusahaan akan melakukan hal yang sama. Karena selain keuntungan materi juga lingkungan yang bersih dan sehat.
Skema Reducing Emission from Deforestation and Degradation (REDD) yang merupakan hasil dari konferensi UNFCCC di Bali bulan Desember 2007 yang lalu sangat menguntungkan Indonesia yang memiliki hutan tropis sangat luas. Dalam skema tersebut, pemeliharaan hutan yang dilakukan oleh Indonesia akan mendapat insentif dana dari negara industri maju. Negara industri maju yang menghasilkan karbon dalam jumlah sangat besar dapat dinetralisir oleh hutan. Oleh karena itu, negara tersebut harus memberikan kompensasi yang setara kepada negara yang memiliki luas hutan yang sangat besar, seperti Indonesia. Jadi, dengan memelihara hutan Indonesia akan memperoleh keuntungan finansial. Ini tentunya akan memacu pemerintah untuk meningkatkan pengawasan dan pemeliharaan hutan terutama terhadap pembalakan liar yang rawan terjadi. Namun, tetap saja perlu peranan yang sangat besar dari masyarakat terutama masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Mereka dapat diberdayakan untuk bersama melakukan perlindungan hutan dari bahaya pembalakan dan kebakaran hutan. Selain itu, dengan pemberdayaan ini mereka dapat memperoleh pekerjaan demi menyukupi kebutuhan hidup mereka yang sangat bergantung pada hutan. Dengan ini maka setiap pihak akan dapat memperoleh kepentingannya masing-masing.
Apabila sudah dapat berjalan dengan baik maka kedua hal tersebut akan memberikan efek yang luar biasa besar terhadap kondisi lingkungan bumi secara keseluruhan. Ini tentunya akan meningkatkan kualitas hidup manusia yang sangat bergantung pada ekosistem bumi yang selama ini telah menyediakan apa yang dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup. Berdamai dengan lingkungan untuk kebaikan semua, baik bagi bumi baik bagi kita.